Manusia Purba dari Jawa

Pulau Jawa menjadi rumah bagi berbagai spesies manusia purba selama lebih dari satu juta tahun, 

Pulau Jawa merupakan salah satu situs paleoantropologi terpenting di dunia, walau Jumlah hominin dan hominid yang ditemukan di Jawa tidak sebanyak di Benua Afrika.

Siapa saja mereka? 

  1. Meganthropus paleojavanicus, dari Sangiran, hidup pada 1,4 – 1 juta tahun lalu berciri Rahang besar, masih diperdebatkan klasifikasinya, kemungkinan bukan hominin; bisa termasuk hominid (Manusia kera) awal atau Australopithecus, klasifikasinya belum jelas
  2. Homo erectus, Hominin dari Trinil, Sangiran, Ngandong hidup 1,8 juta – 100.000 tahun lalu, Termasuk hominin; nenek moyang langsung Homo sapiens. Homo erectus dulu disebut sebagai  Pithecanthropus erectus. 
  3. Homo soloensis, Hominin dari Ngandong hidup pada 300.000 – 100.000 tahun lalu merupakan Varian Homo erectus yang lebih modern.
  4. Homo sapiens, Homimin dari Wajak, Tulungagung hidup 40.000 – 20.000 tahun lalu, namun sudah punya ciri manusia modern awal.

 




Urutan garis keturunan

Dalam keluarga Jawa,  ada istilah garis keturunan. 

Dimulai dari anak, cucu (putu) , cicit (buyut) dan seterusnya.. 

  1. Keturunan ke-1 Anak/siwi
  2. Keturunan ke-2 Putu/wayah
  3. Keturunan ke-3 Buyut
  4. Keturunan ke-4 Canggah
  5. Keturunan ke-5 Wareng
  6. Keturunan ke-6 Udhek-udhek
  7. Keturunan ke-7 Gantung siwur
  8. Keturunan ke-8 Gropak senthe/Cicip moning
  9. Keturunan ke-9 Debog bosok
  10. Keturunan ke-10 Galih asem
  11. Keturunan ke-11 Gropak waton
  12. Keturunan ke-12 Cendheng
  13. Keturunan ke-13 Giyeng 
  14. Keturunan ke-14 Cumplemg 
  15. Keturunan ke-15 Ampleng 
  16. Keturunan ke-16 Menyaman
  17. Keturunan ke-17 Menyo menyo
  18. Keturunan ke-18 Tumerah

Asal-usul Nenek Moyang Orang Jawa

Menurut cerita rakyat, setidak-tidaknya lebih dari tiga kisah yang menceritakan asal-usul nenek moyang orang Jawa. Yaitu Keturunan Batara Wisnu, Keturunan Aji Keler dari Turki, dan Keturunan Aji Saka dari India, selain ketiganya sebebnarnya masih banyak pendapat yang lainnya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya dituturkan dalam naskah-naskah klasik dan dongengan rakyat.

(1) Kisah Batara Wisnu Nenek Sebagai Moyang Orang Jawa

Kisah mengenai Batara Wisnu sebagai seorang yang pertama membabad tanah Jawa untuk kemudian berkembang hingga menjadi suatu kerajaan dengan Batara Wisnu sendiri yang menjadi Rajanya dikisahkan dalam Babad tanah Jawi.

Dalam naskah itu di Infokan bahwa, Batara Guru mempunyai wanita simpanan yang cantik bernama Putri Medang. Suatu ketika Batara Wisnu sedang berjalan-jalan ia rupanya melihat putri Medang itu, hingga kemudian ia mengambil dan menikahinya.

Setelah keduanya menikah, Batara Wisnu kemudian membabad tanah Jawa, dan untuk kemudian ia menjadi Raja pertama di Jawa. Mendapati Batara Wisnu menculik gadis simpananya, Batara Guru rupanya murka, ia kemudian menyuruh Shangyang Narada untuk mengambil alih Kerajaan Jawa yang diperintah oleh Batara Wisnu, selepas diambil alihnya Jawa oleh Shangyang Narada Batara Wisnu kemudian pergi dari Jawa, ia kemudian bertapa di tengah hutan, ia bertapa dibawah pohon beringin yang berjajar tujuh batang. Ia bertapa sendirian sebab Istrinya Putri Medang ditinggalkannya.

Kisah cerita di atas menginformasikan bahwa Batara Wisnulah yang dianggap merupakan nenek moyang orang Jawa menurut Babad Tanah Jawi, sebab ialah orang yang dianggap pertama-tama yang membangun Jawa, sehingga kemudian ia menjadi Raja disana.

Selain dikisahkan dalam Babad tanah Jawi yang dibuat abad ke 17 di Kesultanan Mataram itu, Kisah yang menyatakan bahwa Batara Wisnu merupakan nenek moyang orang Jawa juga dikisahkan dalam naskah "Tantu Pagelaran" Naskah ini merupakan Naskah abad ke 15 yang dibuat pada masa Majapahit. Dalam naskah ini dijelskan bahwa:

Waktu Itu Jawa belum berpenghuni, Batara Guru memerintahkan Batara Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia, ia pun kemudian memindahkan gunung mahameru Ke Pulau Jawa yang waktu itu terombang ambing dilaut. Setelah Jawa stabil, karena telah dipasak oleh gunung Mahameru, Batara Guru kemudian melihat pulau Jawa banyak ditumbuhi pohon Jewawut, maka Batara Guru kemudian menamai pulau itu dengan nama Jewawut atau Jawa. Batara Wisnu kemudian mejadi Raja Pertama yang berkuasa di Jawa dengan nama Kandiawan.

(2) Kisah Orang Turki Sebagai Nenek Moyang Orang Jawa

Kisah mengenai asal-usul orang Jawa yang datang dari Negeri Rum (Turki) dikisahkan dalam Naskah Serat Keraton Malang. Dalam naskah ini dikisahkan bahwa asal-usul orang Jawa itu berasal dari Turki. Adapun kisahnya adalah sebagai berikut:

Pada tahun 350 SM, Raja Rum (Turki), mengirimkan penduduk dari kerajaanya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan untuk menempati pulau takberpenghuni. Rombongan orang turki sebanyak 40.000 orang itu dipimpin oleh Aji Keler.

Pengiriman ini dikisahkan pengirimamn yang kedua kalinya, mengingat pengiriman yang pertama gagal.

Jawa pada masa itu dikisahkan pulau yang terkenal dengan nama Nusa Kandang. Pulau ini tak berpenghuni akan tetapi didalamnya ditutupi oleh pepohonan dan tanaman yang banyak jumlahnya, pohon yang banyak itu dinamakan pohon Jawi. Karena keseluruhan pulau itu ditumbuhi pepohonan Jawi, maka pulau itu kemudian dinamai dengan nama Jawi atau Jawa.

Sebanyak 40.000 orang Turki pimpinan Aji Keler itu kemudian banyak yang mati karena terkamaman binatang buas dan lain sebagainya, sehingga yang tersisa hanya 40 orang saja, mendapai hal tersebut, Raja Turki kemudian mengutus kembali rakyatnya untuk mendatangi Jawa, perpindahan penduduk Turki ke Jawa untuk yang ketiga kalinya, kala itu utusan Turki sudah dilengkapi alat persanjataan memadai untuk menghalau binatang buas, utusan yang ketiga kalinya inilah kemudian yang berhasil membangun Jawa, keturunan orang-orang turki inilah yang kemudian membangun peradaban di jawa, menyebar ke pelosok-pelosok Pulau Jawa.

(3) Kisah Ajisaka Nenek Moyang Orang Jawa

Kisah Aji Saka yang dianggap sebagai nenek moyang orang Jawa diturkan dalam tradisi lisan dan naskah kuno. Dalam cerita versi ini dikisahkan bahwa pada tahun 78 Masehi ada seorang utusan dari Kerajaan Astina, salah satu daerah di India yang kini dikenal dengan nama Gujarat. Utusan itu bernama Aji Saka.

Aji Saka di utus untuk menyelidiki pulau Jawa, kala itu ia mendarat di ujung timur Pulau Jawa, yang saat itu masih bernama Nusa Kendang. Pada saat itu Jawa sudah diperintah oleh seorang Raja yang bernama Dewata Cengkar, Raja ini kemudian dibunuhnya sementara kerajaannya diambil alih oleh Aji Saka.

Dewata Cengkar memiliki anak yang bernama Daniswara, sang anak menuntut balas pada Aji Saka, Kerajaan kembali berhasil direbut oleh anak Dewata Cengkar, sementara Ajisaka berhasil meloloskan diri, ia pun kemudian berhasil melarikan diri ke Astina.

Pada 125 Masehi Aji Saka kemudian kembali lagi Ke Jawa bersama rombongan orang-orang Budha, pada saat kembali lagi ke Jawa inilah Ajisaka kemudian berhasil menaklukan Daniswara dan menguasai Jawa.

Maka bersamaan dengan kembalinya Ajisaka menjadi Raja di Jawa maka dimulailah penaggalan tahun Jawa. Setelah tahun 125 Masehi penduduk Jawa kemudian berkembang pesat, sementara keturunan dari Ajisakan kemudian melahirkan bangsawan dan Raja-Raja di Jawa. 


GALUH PURBA: Kerajaan Purba dari Lereng Gunung Slamet yang Menjadi Induk Raja-Raja di Tanah Jawa

Di balik kemegahan sejarah kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, terdapat sebuah kerajaan purba yang sering terlupakan namun memiliki peran signifikan dalam pembentukan peradaban di Pulau Jawa. Kerajaan ini adalah Galuh Purba, yang diperkirakan berdiri pada abad ke-1 Masehi di lereng Gunung Slamet.

Berdasarkan catatan sejarawan Belanda, W.J. van der Meulen, dalam bukunya "Indonesia di Ambang Sejarah” (1988), kerajaan ini dianggap sebagai induk dari banyak kerajaan di Tanah Jawa.

Asal Usul Kerajaan Galuh Purba

Galuh Purba didirikan oleh sekelompok pendatang dari Kutai, Kalimantan Timur, pada zaman pra-Hindu, sebelum terbentuknya Kerajaan Kutai Kertanegara. Para pendatang ini tiba di Pulau Jawa melalui Cirebon, lalu berpencar ke berbagai wilayah pedalaman seperti Gunung Cermai, Gunung Slamet, dan Lembah Sungai Serayu. Di sekitar Gunung Slamet, mereka berinteraksi dengan penduduk lokal dan mendirikan Kerajaan Galuh Purba.

Kerajaan Galuh Purba berkembang menjadi kerajaan besar yang disegani di Pulau Jawa. Menurut Van der Meulen, hingga abad ke-6 Masehi, wilayah kekuasaannya meliputi daerah yang luas, seperti Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi. Wilayah yang sangat luas ini menjadi saksi kejayaan Kerajaan Galuh Purba sebelum akhirnya

mengalami kemunduran.

Kemunduran Kerajaan Galuh Purba

Pamor Kerajaan Galuh Purba mulai meredup seiring dengan kebangkitan Dinasti Syailendra di Pulau Jawa. Prasasti Bogor mencatat bahwa pada masa itu, eksistensi Kerajaan Galuh Purba mulai tergeser oleh munculnya kerajaan- kerajaan baru di berbagai pelosok Jawa. Meskipun mengalami kemunduran, banyak kerajaan dan kadipaten di Jawa yang masih mengidentifikasi diri dengan nama "Galuh", menunjukkan pengaruh mendalam dari kerajaan ini.

Beberapa kerajaan yang menggunakan nama Galuh antara lain Kerajaan Galuh Rahyang di Brebes, Galuh Kalangon di Brebes, Galuh Lalean di Cilacap, Galuh Tanduran di Pananjung, dan Galuh Kumara di Tegal. Kerajaan-kerajaan ini memiliki wilayah kekuasaan dan ibu kota yang berbeda, namun semuanya mengacu pada akar sejarah yang sama, yakni Kerajaan Galuh Purba. Ada pula Galuh Pataka di Nanggalacah, Galuh Nagara Tengah di Cineam, Galuh Imbanagara di Barunay, dan Galuh Kalingga di Bojong.

Transformasi Menjadi Galuh Kawali

Pada abad ke-6, Kerajaan Galuh Purba memindahkan pusat pemerintahannya ke Kawali, dekat Garut, dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali. Pada masa yang sama, muncul kerajaan-kerajaan besar lainnya di Jawa, seperti Kerajaan Kalingga di timur dan Kerajaan Tarumanegara di barat. Persaingan antara kerajaan-kerajaan ini semakin memperlemah posisi Galuh Purba.

Namun, saat Purnawarman, Raja

Tarumanegara, turun tahta dan digantikan oleh Raja Candrawarman, Kerajaan Galuh Kawali mengalami kebangkitan kembali. Pada masa pemerintahan Raja Tarusbawa Wretikandayun, Raja Galuh Kawali menyatakan kemerdekaannya dari Tarumanegara, dan

dengan dukungan dari Kerajaan Kalingga, kerajaan ini kembali mengubah namanya menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman. Kerajaan

Galuh inilah yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pajajaran, yang terkenal

dalam sejarah Sunda.

Dinasti Sanjaya dan Pengaruh Kerajaan Galuh Purba

Salah satu dampak penting dari Kerajaan Galuh Purba adalah munculnya Dinasti Sanjaya, hasil dari perkawinan antara bangsawan dari Kerajaan Galuh, Kalingga, dan Tarumanegara. Dinasti ini kelak melahirkan raja-raja besar di

Tanah Jawa, memperkuat argumen bahwa Galuh Purba adalah induk dari banyak kerajaan

di Nusantara.

E.M. Uhlenbeck dalam bukunya "A Critical

Survey of Studies on the Languages of Java and Madura" (1964) juga menguatkan teori ini dengan kajian linguistiknya. Uhlenbeck menyebutkan bahwa bahasa Banyumasan, yang dituturkan di wilayah sekitar Gunung

Slamet, memiliki usia lebih tua dibandingkan sub-bahasa Jawa lainnya. Bahasa ini diyakini sebagai bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kerajaan Galuh Purba, menandakan bahwa peradaban Galuh Purba sudah mapan sebelum kerajaan-kerajaan besar

lainnya muncul di Jawa.

Galuh Purba dalam Sejarah dan Legenda

Jejak kejayaan Kerajaan Galuh Purba masih dapat ditemukan di berbagai wilayah di sekitar Gunung Slamet, terutama melalui toponimi dan situs-situs sejarah yang berkaitan dengan kerajaan tersebut. Misalnya, Sungai Ideng yang berarti "hitam" dalam Bahasa Sunda, Sungai

Kahuripan yang berarti "hidup”, serta legenda- legenda tentang tokoh-tokoh dari Kerajaan Pajajaran yang menyepi ke wilayah Panginyongan di sekitar Gunung Slamet.

Salah satu tokoh terkenal adalah Syekh Jambu

Karang, pendiri Perdikan Cahyana dan leluhur Wong Purbalingga, yang dikenal sebagai Pangeran Raden Mundingwangi dari Kerajaan Pajajaran. Petilasannya di Gunung Ardi Lawet, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, hingga kini masih dianggap sebagai tempat keramat.

Selain itu, kompleks Goa Lawa di Purbalingga (Golaga), Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, juga dianggap memiliki hubungan dengan Kerajaan Pajajaran. Di sini terdapat tumpukan batu yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Prabu Siliwangi dan Gua Ratu Ayu, yang dihuni oleh dua putri Prabu Siliwangi, Endang Murdiningsih dan Endang Murdaningrum, yang ditemani oleh tiga ekor harimau berwarna hitam, putih, dan kuning.

Warisan Abadi Kerajaan Galuh Purba

Peninggalan sejarah dan legenda yang

mengaitkan wilayah Gunung Slamet dengan tokoh-tokoh Pajajaran menunjukkan adanya

hubungan erat antara wilayah ini dengan kerajaan-kerajaan besar di Jawa. Mereka datang ke wilayah Bumi Panginyongan bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bentuk "pulang kampung" ke tanah leluhur mereka. Analisis Van der Meulen mungkin benar bahwa Kerajaan Galuh Purba di Lereng Gunung Slamet

adalah induk dari kerajaan-kerajaan besar yang ada di Tanah Jawa.

Dengan demikian, Kerajaan Galuh Purba bukan hanya sebuah kerajaan tua yang terlupakan, tetapi juga memiliki peran penting dalam

membentuk sejarah dan peradaban di Nusantara. Warisannya masih terasa hingga kini, terutama melalui bahasa, legenda, dan toponimi yang menunjukkan akar sejarah yang mendalam di tanah Jawa. Gunung Slamet dan sekitarnya bukan sekadar lanskap alam, tetapi juga simbol dari peradaban purba yang menjadi fondasi bagi kemunculan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.


Peradaban paling awal umat manusia

Walaupun ini bukan catatan di Jawa,  Peradaban-peradaban kuno ini bisa digunakan sebagai pembanding era.  

Dikutip dari laman History, berikut adalah 5 peradaban paling awal umat manusia:

1. Mesopotamia (4000-3500 SM)

Mesopotamia dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban, lokasinya berada di wilayah yang saat ini menjadi Irak, Kuwait, dan Suriah.

Budaya yang tumbuh di antara sungai Tigris dan Efrat ini terkenal karena kemajuan penting dalam bidang literasi, astronomi, pertanian, hukum, matematika, arsitektur, dan banyak lagi.

Mesopotamia juga merupakan rumah bagi kota-kota urban pertama di dunia, termasuk Babilonia, Ashur, dan Akkad.


2. Mesir Kuno (3100 SM)

Mesir kuno berdiri sebagai salah satu kekaisaran terkuat dalam sejarah selama lebih dari 3.000 tahun.

Penggunaan tenaga kerja Mesir untuk mengumpulkan 100.000 orang untuk merakit piramida besar pada tahun 2600 SM masih tidak tertandingi sampai saat ini.

Bangsa Mesir juga terbukti sangat terampil dalam bidang pertanian dan pengobatan, imbuhnya. Mereka juga mengembangkan tradisi seni pahat dan seni lukis yang indah.


3. India Kuno (3300 SM)

Di India kuno, tempat Hinduisme didirikan, agama memegang peranan penting, bersama dengan tradisi sastra yang hebat dan arsitektur yang luar biasa.

Peradaban ini berada di Lembah Sungai Indus (sekarang India, Afghanistan, dan Pakistan) memiliki perencanaan kota yang canggih dan terorganisasir.

Runtuhnya Lembah Indus, sekitar tahun 1700 SM, sering dikaitkan dengan babarapa faktor, yakni migrasi akibat perubahan iklim, pergerakan tektonik yang menyebabkan Sungai Saraswati mengering, hingga musibah banjir besar.


4. China Kuno (2000 SM)

Peradaban china paling awal berkembang pesat dalam isolasi dari penjajah dan orang asing lainnya selama berabad-abad.

Secara umum terbagi menjadi empat dinasti, Xia, Shang, Zhou, dan Qin, China kuno diperintah oleh sejumlah kaisar.

Peradaban ini dianggap sebagai pelopor sistem desimal, sempoa, dan jam matahari, serta mesin cetak, yang memungkinkan penerbitan dan pendistribusian The Art of War karya Sun Tzu.

Seperti halnya orang Mesir, orang Cina kuno mampu memobilisasi penduduk untuk membangun proyek infrastruktur besar-besaran.


5. Peru Kuno (1200 SM)

Peru menjadi tempat lahirnya peradaban bagi sejumlah budaya, termasuk Chavín, Paracas, Nazca, Huari, Moche, dan Inca.

Para arkeolog telah menemukan bukti tentang metalurgi, keramik, dan praktik medis serta pertanian canggih dari kelompok-kelompok ini.

Peradaban ini mencapai puncaknya pada masa Kekaisaran Inca agung, yang membentang dari wilayah Kolombia hingga Chili saat ini, dan terkenal dengan kota Machu Picchu di Andes, dengan jaringan perkotaannya yang rumit.

Suku Inca tidak mengembangkan sistem penulisan; sebaliknya mereka menggunakan gambar dan simbol.


Peradaban manusia yang hilang

Yang menarik soal sejarah peradaban tidak hanya mengenai mana yang paling awal, namun juga beberapa peradaban yang menghilang tanpa meninggalkan petunjuk apa pun terkait faktor yang menyebabkan kejatuhannya.

berikut adalah beberapa peradaban manusia yang hilang:

1. Peradaban Maya

Pada masa kejayaannya, wilayah kerajaan Maya mencakup seluruh semenanjung Yucatán, wilayah Guatemala saat ini, Belize, dan sebagian Meksiko.

Luas wilayah tersebut menjadikannya kerajaan Maya menjadi salah satu peradaban paling dominan pada masanya.

Peradaban Maya tampaknya tidak mampu mempertahankan keberadaanya dan mengalami kemunduran sekitar tahun 900 Masehi.


2. Kerajaan Khmer

Di belahan lain dunia, ada peradaban kerajaan Khmer yang wilayahnya mencakup seluruh Kamboja.

Angkor menjadi salah satu kota peradaban terbesar, dengan sistem jalan dan kanal yang luas. Diperkirakan populasi masyarakatnya mencapai satu juta orang.

Kerajaan Khmer mencapai puncaknya antara tahun 1000 M dan 1200 M, dan para ahli tidak yakin apa yang menyebabkan peradaban tersebut menghilang.


3. Pulau Paskah 

Pulau Easter atau pulau Paskah memiliki nama asli Rapa Nui, terkenal dengan kepala batu besar yang menghiasi pantainya.

Pulau ini adalah rumah bagi peradaban Polinesia yang pertama kali mendiami pulau itu sekitar 700 Masehi, dan berkembang cukup pesat dengan penduduknya adalah navigator laut yang terampil.

Beberapa berspekulasi bahwa kurangnya sumber daya alam menyebabkan kemunduran pada peradaban pulau paskah. Selain itu, faktor wabah penyakit juga diyakini ikut berperan


4. Peradaban Anasazi

Di wilayah Amerika Serikat yang saat ini bernama Four Corners, Anasazi membangun tempat tinggal di sisi tebing selama abad ke-12 dan ke-13.

Namun, tempat tinggal tebing itu tidak ditempati untuk waktu yang lama. Para peneliti menemukan tanda-tanda pembantaian dan kanibalisme.

Ditemukan pula bukti masalah pengelolaan air hingga kekeringan jangka panjang yang melumpuhkan peradaban ini.


5. Viking Greenland

Menurut cerita rakyat Islandia, Erik the Red memimpin armada yang terdiri dari 25 kapal untuk menjajah Greenland sekitar tahun 985 M.

Mereka mendirikan dua koloni, yakni pemukiman Timur yang besar dan pemukiman Barat yang lebih kecil.

Orang-orang Viking ini menggembala kambing, domba, sapi serta berburu karibu dan anjing laut. Mereka juga membangun gereja batu yang masih dapat dilihat sampai dengan hari ini.

Menurut cerita rakyat Islandia, Erik the Red memimpin armada yang terdiri dari 25 kapal untuk menjajah Greenland sekitar tahun 985 M. Mereka mendirikan dua koloni, yakni pemukiman Timur yang besar dan pemukiman Barat yang lebih kecil. Pada tahun 1721, sebuah ekspedisi misionaris datang ke sana dengan tujuan untuk mengubah masyarakatnya menjadi Protestan. Namun, sesampainya di sana, para misionaris tidak menemukan apa-apa selain reruntuhan. Beberapa ahli percaya para penduduk berkemas dan kembali ke Islandia atau Skandinavia. Sementara teori lain menduga bahwa mereka mati kelaparan, terkena wabah, atau dimusnahkan oleh suku Inuit, yang tiba di Greenland dari Kanada sekitar tahun 1200 M


6.Peradaban Mississippi 

Sejak tahun 700 M hingga bangsa Eropa datang menjajah, sebagian besar benua Amerika Tenggara dan tengah adalah rumah bagi peradaban agraris yang dikenal sebagai Mississippian. Salah satu kota terbesar mereka, Cahokia, terletak di dekat wilayah yang saat ini menjadi kota Collinsville, Illinois. Diperkirakan populasi kota Cahokia mencapai 40.000 orang. Seperti peradaban yang hilang lainnya, para ahli tidak mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan kematian bertahap para penduduk Mississippi. Teori populer mengatakan bahwa kematian itu akibat degradasi lingkungan, kelaparan, hingga penyakit akibat sanitasi yang buruk.


7.Peradaban Çatalhöyük 

Çatalhöyük adalah salah satu kota tertua di dunia yang berada di Turki. Kota tersebut merupakan bagian dari peradaban luas yang berkembang antara 9.000 dan 7.000 tahun yang lalu. Yang membuat situs purbakala Çatalhöyük unik adalah strukturnya yang mirip sarang. Rumah-rumah dibangun bersebelahan dan dimasuki melalui lubang di atap. Peradaban ini kemudian tiba-tiba menghilang. Masyarakatnya pergi dengan meninggalkan banyak barang yang merinci proses kehidupan dan kegiatan ritualnya.


8. Peradaban Cahokia 

Desa-desa adat mulai bermunculan sekitar 1.200 tahun yang lalu di lembah sungai yang subur di Amerika Tenggara dan Barat Tengah. Sejauh ini yang terbesar adalah Cahokia, yang pada puncaknya memiliki populasi hingga 20.000 orang. Cahokia dikelilingi oleh benteng kayu yang tinggi dan memiliki banyak alun-alun dan setidaknya 120 gundukan tanah. Yang terbesar dikenal sebagai Monks Mound, berdiri setinggi 30.5 meter yang diperkirakan pembangunannya menggunakan sekitar 14 juta keranjang tanah.


9. Peradaban Indus / Mohenjo-Daro Harappa

Peradaban Indus atau peradaban Harappa adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah kuno. Peradaban ini membentang di beberapa wilayah India, Pakistan, dan Afghanistan yang diperkirakan memiliki populasi sebanyak lima juta orang. Pada puncaknya, peradaban Indus memiliki arsitektur paling mengesankan di dunia. Namun, peradaban ini hilang sekitar 3.000 tahun yang lalu karena alasan yang tidak diketahui.




(bahasa Jawa Kuno: ; kaḍatwan mḍaŋ) atau sering disebut Kerajaan Mataram atau Mataram Kuno adalah kerajaan agraris sekaligus talasokrasi yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8 Masehi, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi.Awalnya didirikan oleh wangsa Sanjaya. Kerajaan ini dipimpin oleh wangsa Syailendra dan wangsa Isyana.

● kerajaan medang atau yang dikenal mataram kuno.Tahun 907 Masehi, yang berasal dari Wangsa Sanjaya.

Prasasti Mantyasih menjadi bukti bahwa masyarakat Jawa kuno terlalu peduli pada soal-soal dokumentasi dan kearsipan. Dalam prasasti ini menyebutkan daftar raja Mataram Kuno yaitu:

●ta sak rahyang ta rumuhun. sirangbăsa ing wanua. sang mangdyan kahyaňan. sang magawai kadatwan. sang magalagah pomahan. sang tomanggöng susuk. sang tumkeng wanua gana kandi landap nyan paka çapatha kamu. rahyan

●ta rumuhun. ri mdang. ri poh pitu. rakai mataram. sang ratu sańjaya. çri mahǎrǎja rakai panangkaran. çri mahǎrǎja rakai panunggalan. çri mahǎrǎja rakai warak. çri mahǎrǎja rakai garung. çri mahǎrǎja rakai pikatan

●çri mahǎrǎja rakai kayuwańi. çri mahǎrǎja rakai watuhumalang. lwiha sangkā rikā landap nyān paka çapatha çri mahǎrǎja rakai watukura dyah balitung dharmmodaya mahāçambhu.


Terjemahan

Daftar nama raja dalam prasasti.

1.Sri Maharaja Rakai Ratu Sanjaya (732–760),

2.Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760–780),

3.Sri Maharaja Rakai Pananggalan (780–800),

4.Sri Maharaja Rakai Warak (800–820),

5.Sri Maharaja Rakai Garung (820–840),

6.Sri Maharaja Rakai Pikatan (840–856),

7.Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856–882),

8.Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882–899),

9.Sri Maharaja Rakai Watukumara Dyah Balitung (898–915),

Daftar raja Medang yang lengkap tertulis di prasasti Wanua tengah. disertai tanggal dan tahun memerintah kendati demikian, prasasti mantyasih ini tidak disertai tahun memerintah namun satu kesatuan.

Sejarah Singkat Majapahit

Tahun Demi Tahun - Sejarah Berdirinya Sampai Kehancurannya

Tahun 1268 sampai dengan tahun  1527Oleh Heri Darmanto 


1268 - Kertanegara naik tahta secara damai menjadi Raja Singasari.

1280 - Kubilai Khan mulai mengutus beberapa ekspedisi ke Jawa agar Raja Jawa mengakui dan takluk kepada Mongol.

1289 - Meng Khi utusan Kubilai Khan dilukai dan diusir pulang oleh Raja Singasari kala itu, Kertanegara. Kubilai Khan raja Mongol marah besar.

1290 - Gajah Mada Lahir[?].

1292 - Raja Kubilai Khan mengirimkan pasukannya ke Jawa (Singasari) untuk membalas penghinaan Meng Khi.

1292 - Jayakatwang memberontak terhadap Singasari (Kertanegara). Akhirnya Singasari direbut Jayakatwang dan Kertanegara tewas.

1292 - Raden Wijaya dikejar-kejar tentara Jayakatwang dan melarikan diri ke Sumenep-Madura menemui Arya Wiraraja.

1292 - Raden Wijaya minta pengampunan (atas saran dari Wiraraja) kpd Jayakatwang dan diterima malah diberi hutan Tarik untuk dibuka.

1292 - Saat membuka hutan Tarik, salah satu pasukan yang lapar memakan buah bundar hijau (dikenal dengan nama buah maja) dan ternyata rasanya pahit. Oleh Raden Wijaya dinamailah daerah itu dengan MAJAPAHIT. Tdk sedikit pengamat Sejarah yg meyakini bahwa skrg ini di daerah Ds Gampingrowo, Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo.

1293.01 - Pasukan Mongol di bawah panglima Ike Mese, Kau Hsing dan Shih Pi sampe di Nusantara (P.Belitung).

1293.02 - Sebagian pasukan Mongol dibawah pimpinan Ike Mese berangkat ke Jawa menuju ke Singasari.

1293.03 - Raden Wijaya dan pasukannya bersama dengan  pasukan Mongol menyerang dan menghancurkan Singasari (kala itu Rajanya Jayakatwang).

1293.04 - Raden Wijaya secara tak terduga menggempur balik tentara Mongol mengusir dari bumi Nusantara.

1293.05 - Pasukan Mongol takut dibunuh semua, mulai lari terbirit-birit pulang ke Tiongkok.

1293.05.31 - Seluruh pasukan Mongol sudah hengkang dari bumi nusantara di pantai Ujung Galuh. Ada cerita SURO in BOYO (Keberanian menghadapi Bahaya). Lahirnya Kota Surabaya.

1293.05 - Raden Wijaya diberi hadiah putri Dara Petak yang dibawa Kebo Anabrang dari penaklukan di Sumatera yang kemudian dinikahinya.

1293.11.10 - Raden Wijaya mendirikan Kerajaan MAJAPAHIT dengan Patihnya Nambi. Istana nya di daerah Tarik. Belum di Trowulan.

1294 - Raden Wijaya memberi anugrah kepada Kepala Desa Kudadu berupa tanah perdikan (sekarang SURABAYA) yang dahulu pernah membantu menyelamatkan dirinya ketika dikejar-kejar tentara Singasari dan bisa menyebrang ke Madura dengan selamat.

1294 - Raden Kala Gemet (Jayanegara) Lahir dari ibu Dara Pethak.

1295 - Ronggo Lawe, bupati Tuban yg dahulu membantu R.Wijaya selama perjuangan mendirikan Majapahit memberontak karena tidak puas yg dijadikan patih Majapahit adalah Nambi bukan dirinya. Ronggo Lawe gugur dibunuh Kebo Anabrang. Kebo Anabrang dibunuh Lembu Sora (paman Ronggo Lawe) yg geram melihat Ronggo Lawe tewas di tangan Kebo Anabrang

1295 - Jayanegara diangkat menjadi Putra Mahkota Majapahit.

1296 - Raden Wijaya menikahi 4 (empat) putri Kertanegara: Dyah Sri Tribhūwaneśwari, Dyah Dewi Narendraduhitā, Dyah Dewi Prajnyāparamitā, dan Dyah Dewi Gayatri.

1300 - Lembu Sora memberontak tapi dapat ditewaskan oleh pasukan/panglima Majapahit.

1309 - Kertarajasa (R.Wijaya) wafat.

1309 - Jayangera diangkat menjadi Raja Majapahit menggantikan Kertarajasa (R.Wijaya).


1316 - Nambi difitnah Mahapati dan memberontak, pergi ke Lumajang akhirnya tewas oleh tentara-tentara Majapahit.

1318 - Pemberontak Ra Semi. Dapat dipadamkan. Rakryan Semi tewas.

1319 - Dharmaputra yg dipimpin oleh Ra Kuti memberontak kepada Jayangera, namun Jayanegara berhasil diselematkan pasukan pengawal Raja (Bayangkari dengan pimpinan bekel Gajah Mada).

1319 - Gajah Mada berhasil memadamkan pembrontakan dan menewaskan Ra Kuti dkk. Sang Prabu Jayanegara berhasil kembali ke istana. Kembali ke istana ini, byk pengamat sejarah yg meyakini KRATON dipindah ke daerah yg sekarang TROWULAN-Mojokerto agar lebih aman.

1319 - Mahapati yg merupakan 'sengkuni' atau 'drona' sang penghasut dalam kerajaan Majapahit dihukum mati oleh Jayangera setelah diketahui semua belangnya oleh Gajah Mada.

1321 - Pendeta Kristen dari Italia Odorico Mattiussi berkunjung ke Majapahit.

1325 - Jayanegara mengutus Adityawarman ke Tiongkok (kala itu yg berkuasa Dinasti Yuan) untuk misi perdamaian.

1328 - Jayanegara dibunuh oleh Ra Tanca. Satu-satunya anggota Dharmaputra yang masih hidup. Ra Tanca langsung dibunuh oleh Gajah Mada.

1329 - Tribuwanatunggadewi diangkat menjadi Ratu Majapahit menggantikan Jayanegara.

1329 - Mahapatih Arya Tadah lengser digantikan oleh Gajah Mada.

1334 - Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Amangkubumi Majapahit oleh Ratu Tribuwanatunggadewi.

1334 - Gajah Mada mengucapkan SUMPAH PALAPA yang sangat terkenal. Seperti biasa, apapun yang aneh dan dianggap gila akan diremehkan, diejek bahkan ditertawakan orang termasuk Sumpah Palapa ini.

1334 - Terjadi Banjir-Bandang di wilayah Majapahit.

1334 - Hayam Wuruk (Raden Tetep) lahir dari ibu Tribuwanatunggadewi.

1343 - Bali ditundukkan Majapahit.

1350 - Hayam Wuruk naik tahta menjadi Raja Majapahit dalam usia muda.

1351 - Hayam Wuruk melawat ke Pajang.

1354 - Hayam Wuruk melawat ke Lasem.

1354 - Pembuatan Candi Jabung di daerah Paiton-Probolinggo.

1357 - Dompo/Sumbawa ditundukkan Majapahit.

1357 - Hayam Wuruk melawat ke Lodaya (pantai selatan Jawa).

1357 - Perang Bubat.

1357 - Gajah Mada mengundurkan diri dari Patih Majapahit dan diberi daerah Madakaripura sebagai tempat istirahatnya. Tidak sedikit ahli sejarah yang meyakini dukuh Madakaripura ini di daerah yang sekarang dekat dengan pemandian BANYU BIRU di daerah Ngopak-Pasuruan. Bukan di Lumbang-Probolinggo tempat Air terjun Madakaripura. Di Lumbang ini mungkin tempat semedinya atau menyepi Gajah Mada bukan dukuhnya Gajah Mada.

1359 - Hayam Wuruk melawat ke Lumajang yg diceritakan panjang lebar dalam Kitab terkenal Negara Kertagama tulisan lontar Mpu Prapanca. 

1360 - Gayatri Wafat.

1361 - Hayam Wuruk melawat daerah Tirip/Sempur.

1363 - Hayam Wuruk mengunjungi Candi Simping.

1364 - Gajah Mada meninggal dunia.

1371 - Gajah Enggon ditunjuk Hayam Wuruk menggantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit.

1371 - Pembuatan Candi Pari di Porong-Sidoarjo.

1374 - Ada bencana 'PAGUNUNG ANYAR' di wilayah Majapahit. Mungkin ini semburan lahar dingin semacam Lumpur Lapindo.

1377 - Majapahit menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.

1389 - Hayam Wuruk Wafat. Dan digantikan Wikramawardana sebagai Raja Majapahit.

1405 - Laksamana Ceng Ho dan Ma Huan mengunjungi Majapahit.

1406 - Perang Paregreg. Perang suadara perebutan kekuasaan yang menjadi awal kemunduran Majapahit.

1426 - Wikramawardana turun tahta. Digantikan Putrinya Ratu Suhita.

1447 - Ratu Suhita mangkat/wafat dan pemerintahan dilanjutkan adik laki-lakinya Kertawijaya (Brawijaya I).

1451 - Kertawijaya digantikan oleh Rajasawardhana (Brawijaya II)

1456 - Girishawardhana (Brawijaya III) memerintah Majapahit menggantikan Rajasawardhana.

1466 - Pemerintahan Rajasawardhana berakhir dan Raja Majapahit digantikan oleh Suprabhawa (Brawijaya IV).

1468 - Kertabhumi (Brawiajaya V) menggantikan pendahulunya memerintah Majapahit.

1478 - Kerajaan Majapahit yang jaya bisa dikatakan sudah runtuh dengan candra sengkala, Sirna Ilang Kertaning Bumi ditandai dengan turunnya tahta Brawijaya V. Digantikan oleh Giridrawardhana, namun keraton dipindahkan ke Daha.

1517 - Girindrawardana mulai bersekutu dengan Portugis.

1518 - Raden Patah berperang melawan Girindrawardana di Daha/Kediri yang dibantu Portugis. Raden Patah meninggal.

1518 - Raden Patah digantikan Pangeran Sabrang Lor.

1521 - Sultan Trenggana naik tahta Raja Demak menggantikan Sabrang Lor.

1524 - Demak berperang melawan Majapahit sampai 3 tahun lamanya. Girindrawardhana meninggal dunia.

1527 - Pengikut Girindrawardhana tidak mengakui kedaulatan Demak dan melarikan diri ke Pulau Bali. Sampai di sini tamatlah Kerajaan Majapahit yang dahulu jaya.

Terimakasih sudah berkomentar